top of page
Search

COVID-19 dan Otak

Berbagai Manifestasi Klinis Neurologis pada Infeksi COVID-19

Penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Mao et al. menunjukan adanya manifestasi neurologi pada pasien yang dirawat dengan COVID-19. Selain gejala klinis yang umum didapatkan berhubungan dengan gejala sistemik atau gejala respiratori seperti demam (43.8% saat masuk Rumah Sakit, 88.7% saat dirawat) dan batuk (67,8%) juga ditemukan beberapa manifestasi klinis yang berhubungan dengan sistem neurologis.

Ditemukan sebesar 36.4% pasien dengan COVID-19 memiliki gejala neurologis seperti nyeri kepala, gangguan kesadaran, parestesia, dan lainnya. Gejala klinis dari neurologis pada COVID-19 terbagi menjadi gejala yang berhubungan dengan sistem saraf pusat, sistem saraf perifer, dan sistem muskuloskeletal.

Pasien dengan COVID-19 mengalami gejala SSP seperti: dizziness (16.8%), nyeri kepala (13.1%), gangguan kesadaran (7.5%), acute cerebrovascular disease (stroke iskemik dan hemoragik) (2.8%), ataxia (0.5%), dan kejang (0.5%). Gejala sistem saraf perifer yang dialami pasien dengan COVID-19 seperti: gangguan indra pengecap (5.6%), penciuman (5.1%), penglihatan (1.4%), dan nyeri neurogenik (2.3%). Sebanyak 10.7% pasien dengan COVID-19 mengalami kerusakan pada sistem muskuloskeletal. Secara keseluruhan, manifestasi klinis neurologis lebih sering muncul pada pasien dengan infeksi berat dibandingkan dengan infeksi COVID-19 ringan (45.5% vs. 30.2%, P = 0.02).


Kesimpulan

Coronavirus dapat menginfeksi sistem saraf secara hematogen melalui blood brain barrier atau secara retrograde melalui saraf traktus olfaktorius. Kerusakan pada sistem saraf, terutama sistem saraf pusat pada COVID-19 dapat disebabkan akibat hipoksia, respon imun terhadap infeksi, atau akibat infeksi virus langsung pada jaringan otak.

Dari data yang ada, ditemukan sebesar 36.4% dari pasien COVID-19 memiliki gejala neurologis. Gejala neurologis dari pasien COVID-19 pada umumnya hanya berupa gejala ringan seperti nyeri kepala, dizziness, dan penurunan kemampuan penciuman dan pengecap. Gejala yang lebih mengkhawatirkan namun lebih jarang dialami seperti penurunan kesadaran, cerebrovascular disease, ataxia, dan kejang juga dapat terjadi. Perlu diingat bahwa pasien dengan gejala neurologis cenderung memiliki klinis dan prognosis yang lebih buruk.


Referensi:

Baig AM, Khaleeq A, Ali U, Syeda H. Evidence of the COVID-19 Virus Targeting the CNS: Tissue Distribution, Host-Virus Interaction, and Proposed Neurotropic Mechanisms. ACS Chem Neurosci. 2020 01;11(7):995–8

Wu Y, Xu X, Chen Z, Duan J, Hashimoto K, Yang L, et al. Nervous system involvement after infection with COVID-19 and other coronaviruses. Brain Behav Immun. 2020 Mar 30

Guan W-J, Ni Z-Y, Hu Y, Liang W-H, Ou C-Q, He J-X, et al. Clinical Characteristics of Coronavirus Disease 2019 in China. N Engl J Med. 2020 30;382(18):1708–20


6 views0 comments

Recent Posts

See All
Post: Blog2_Post
bottom of page